Bulan Suro: Antara Budaya Jawa dan Islam

No Comments
Bulan Suro: Antara Budaya Jawa dan Islam

Oleh Rahmat Mustangin
(PP. An-Nawawi Berjan Purworejo)


Sebagian orang khususnya Jawa meyakini Bulan Syuro sebagai bulan keramat, sehingga mereka tidak berani melaksanakan pesta dan bersenang-senang, sehingga banyak aktivitas tertentu yang ditunda atau bahkan dibatalkan. Lebih dari itu, mereka meyakini siapa yang mengadakan hajatan pada bulan ini akan ditimpa musibah dan malapetaka, seperti halnya menikah, khitan, membangun rumah, dll, karena dikhawatirkan akan ditimpa petaka bagi mereka yang melaksanakan hajatan di bulan ini. Padahal ketika ditanya mengenai hal ini kebanyakan dari mereka menilai bulan muharam sebagai bulannya keramat tidak ada jawaban yang berarti selain beginilah tradisi kami atau leluhur kami mengajarkan seperti ini.
Sedikit menilik sejarah sebelum Islam masuk Nusantara di tanah Jawa terdapat penanggalan yang dikenal dengan Penanggalan Saka yang dimulai tanggal 15 Maret 78 M. Dalam cerita tutur Jawa disebutkan kalender ini dicetuskan oleh Ajisaka, seorang tokoh legendaris Jawa yang dipercaya sebagai pencipta huruf Jawa yang datang dari India ke Tanah Jawa. Penanggalan ini berasal dari tradisi Hindu yang sudah digunakan di India. Penanggalan saka ini digunakan oleh masyarakat Jawa berabad-abad lamanya. Kemudian pada masa pemerintahan Sultan Agung, Raja Mataram (1613-1645 M) mengalami perubahan yang kemudian tanggal 1 Syuro ditetapkan bersamaan dengan tanggal 1 Muharam.
Adapun dalam kalender Hijriyah, Suro itu sendiri adalah hari yang agung yaitu hari pada tanggal 10 Muharam yang biasa disebut Asyura. Banyak peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada hari tersebut di samping fadilah-fadilah (keutamaan) yang terdapat di dalamnya. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk meningkatkan amal kebaikan di hari asyura melebihi hari yang lain. Dan salah satu amalan yang dianjurkan dalam hari tersebut adalah berpuasa, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang artinya:

“Nabi pernah ditanya tentang puasa Asyura, beliau menjawab “puasa Asyura dapat menghapuskan dosa selama setahun”.

Selain puasa juga dianjurkan untuk melapangkan nafakah terhadap keluarganya, seperti halnya Rasulullah SAW bersabda, yang artinya:

“Barang siapa yang meluaskan belanja atas keluarganya di hari Asyura, maka Allah akan meluaskan (kelapangan hidupnya) sepanjang tahun itu.

Selanjutnya adalah beberapa peristiwa penting dan bersejarah yang terjadi dalam bulan muharam antara lain: hari diciptakan langit dan bumi, hari diciptakan gunung dan bintang, hari diciptakan Nabi Adam dan Hawa, hari diciptakan Surga, hari diciptakannya Nabi Adam AS ke Surga, hari kelahiran Nabi Ismail, hari dilepaskannya Nabi Ibrahim AS. dari api Raja Namrud, hari tenggelamnya Fir’aun, hari dilepaskannya Nabi Yunus dari perut ikan, dll
Dari peristiwa-peristiwa sejarah tersebut bahwasanya sangat banyak kasih sayang Allah SWT yang tercurah di bulan Muharam terutama pada hari Asyura, maka dari itu disayangkan jika melewatkan hari Asyura dengan sia-sia tanpa ada amalan yang bermakna. Semoga Allah memberikan taufiq dan hidayahnya pada kita semua untuk senantiasa patuh terhadap perintah-Nya. aamiin


Dikutip dari Buletin Lembaga Amal Himawan (L.A.H.) Kebumen